Mengapa Sintong Panjaitan Tidak Dimunculkan dalam Film G30S/PKI?

Film Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI (1984) yang disutradarai Arifin C. Noer bukanlah film dokumenter, melainkan alat propaganda politik Orde Baru. Fokus utamanya adalah menampilkan Soeharto sebagai penyelamat bangsa dari ancaman PKI dan menonjolkan peran Kolonel Sarwo Edhie Wibowo sebagai pemimpin operasi RPKAD.

Lalu, mengapa sosok Sintong Panjaitan tidak dimunculkan?

1. Fokus pada Figur Utama Orde Baru

Film sengaja diarahkan untuk menonjolkan Soeharto dan Sarwo Edhie. Perwira lapangan seperti Sintong dianggap tidak perlu ditampilkan agar narasi tidak melebar.

2. Sintong Masih Perwira Muda

Pada 1965, Sintong berpangkat Letnan Dua dan menjadi komandan peleton di bawah Lettu Feisal Tanjung. Meski terjun langsung di medan operasi, posisinya masih pelaksana, bukan pengambil keputusan strategis.

3. Penyederhanaan Cerita

Peristiwa G30S melibatkan ribuan prajurit dari berbagai kesatuan. Film menyederhanakan alur dengan menggambarkan pasukan RPKAD secara kolektif, tanpa menyebut nama semua perwira.

4. Pertimbangan Politik dan Propaganda

Film ini dibuat untuk memperkuat legitimasi Soeharto. Narasi yang dipilih adalah “versi resmi Orde Baru”, sehingga tokoh yang kurang relevan dengan citra politik Soeharto dipinggirkan.

5. Peran Sintong Baru Terungkap Belakangan

Kisah perjuangan Sintong baru dikenal luas setelah terbitnya buku Sintong Panjaitan: Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando (2009) karya Hendro Subroto, yang menjelaskan keterlibatannya dalam operasi penumpasan.

📌 Kesimpulan
Tidak munculnya Sintong Panjaitan dalam film G30S/PKI bukan berarti beliau tidak berjasa. Absennya sosoknya lebih karena film itu adalah karya propaganda, yang fokus pada tokoh tertentu dan menyederhanakan kompleksitas sejarah demi kepentingan politik Orde Baru.

 

Tinggalkan Balasan